Sabtu, 28 Maret 2009

Emas Dan Inflasi

Saya jarang membaca koran atau majalah. Paling-paling hanya headlinenya saja. Dan beberapa minggu lalu muncul hal baru yang menjadi headline berjudul Visi 2030. Intinya ialah pendapatan perkapita, GDP Indonesia akan mencapai $ 18.000 (delapan belas ribu US dollar) per tahun dan Indonesia menjadi ekonomi dunia ke 5.

Kemudian heboh antara SBY dan Amin Rais dalam kasus dana sumbangan pemilihan presiden. Hal ini membuat saya tergelitik untuk menulis opini ini, sekalian untuk menyambut ulang tahun lahirnya Pancasila, yang dengungnya sudah pudar. Saya juga ingin mengungkapkan kejahatan-legal yang berkaitan dengan kemakmuran dan tidak pernah diungkapkan di media massa.

Dalam masalah kemakmuran GDP $18.000 per kapita, saya skeptis. Sebabnya ialah sepanjang hidup saya, dengan pergantian tiga (3) jaman, yaitu jaman Orde Lama Sukarno, Orde Baru Pembangunan Lepas Landas Suharto, dan jaman Reformasi Otonomi Daerah, kemakmuran tidak beranjak kemana-mana, bahkan turun. Saya juga skeptis terhadap adanya perbaikan karena pergantian kabinet yang baru saja terjadi. Hal ini karena data ekonomi mengatakan demikian dan itu akan kita lihat dalam seri tulisan ini.

Mengenai Visi 2030 butir pertama, bahwa GDP $ 18.000 per kapita mungkin bisa tercapai. Tetapi GDP $ 18.000 per kapita tidak identik dengan kemakmuran. Artinya, tingkat hidup dan tingkat kemakmuran bangsa Indonesia tidak akan beranjak kemana-mana dengan kenaikan dari $1.490 GDP per kapita saat ini ke $18.000 di tahun 2030. Sedang untuk butir kedua - ekonomi nomer 5 dunia, saya tidak yakin bisa tercapai. Saya akan jelaskan berdasarkan sejarah dan akal sehat, kenapa saya skeptis.

Jumat, 27 Maret 2009

Uang kertas dan Emas

Segeralah mempergunakan emas dan perak; sebagai mata uang dan investasi, dan sedikit demi sedikit—lebih cepat lebih baik—menukar Rupiah, Dollar, Yen, Euro, Poundsterling, Gulden, dan sebagainya dengan emas dan perak sebagai mata uang yang sejati, karena yang lain itu sesungguhnya cuma simbol yang secara intrinsik tidak memiliki nilai apa‐apa.

Apa yang kita namakan dengan mata uang sekarang ini, yaitu Dollar, Yen, Rupiah, Poundsterling, Euro, dan sebagainya, pada hakikatnya hanya selembar kertas biasa (dan yang berbentuk koin juga koin biasa yang tak ada harganya), yang hanya menjadi “uang” karena ada jaminan dari bank. Bank sendiri berani menjamin mata uang yang tak berharga tersebut karena memiliki cadangan devisa berupa emas dan perak.

Emas dan perak inilah yang sampai saat ini terus berupaya direbut dan ditimbun oleh Konspirasi
Internasional dari tangan seluruh warga dunia, agar emas dan perak seluruh dunia berada di tangan mereka dan di tangan yang tidak tahu hanyalah selembar kertas tidak berharga yang dipakai sebagai alat transaksi. Keadaan ini akan sangat menguntungkan kaum Konspirasi Internasional yang bisa seenaknya memainkan nilai tukar mata uang tersebut sehingga masyarakat banyak bisa dikendalikan dengan mudah.

Lantas, apa sebenarnya beda emas dan perak dengan mata uang‐mata uang negara‐negara dunia yang sekarang dicetak dari selembar kertas biasa?

Untuk membaca lebih lanjut, silahkan klik di sini.

MENGAPA SAYA INVESTASI DI EMAS??


Emas itu aset yang paling sering di salah artikan. Penyebabnya banyak, tapi cuma ada satu hal yang udah pasti, yaitu emas dikelilingi oleh berbagai kekuatan super power dunia yang berusaha menguasai atau sebaliknya, menjatuhkannya. Pihak yang gw maksud adalah pemerintah dan pihak kapitalis kayak George Soros dan spekulan yang mendapat keuntungan dari gonjang ganjing perubahan ekonomi dan politik.

Walau emas itu duit, dan kelihatannya hubungan emas dan pemerintah baik-baik aja, sebenarnya tidak. Terutama sekali pemerintah AS, emas di anggap musuh, diberi pajak, dimusuhi, bahkan pernah dianggap melanggar hukum bagi yang memilikinya. Itu dulu, tapi situasi saat ini juga gak jauh beda.

Beda dengan uang kertas, emas gak punya backing. Malah justru dimusuhi oleh central bank (kalo di kita, BI) dan pemerintah yang terus berusaha mempertahankan status quo mereka memakai kekuatan uang kertas. Semua negara saat ini memakai uang kertas, jadi sebetulnya mereka itu musuhnya emas. Cina belakangan mulai menyuarakan keinginan untuk lepas dari pengaruh dollar dengan mulai menaruh investasi di emas, jumlahnya luar biasa besar, cukup bikin ketar-ketir negara super power. Peristiwa itu saja sudah membuktikkan kekuatan besar di balik emas, yang tidak dimiliki uang kertas. Mempertahankan status quo berarti memakai uang kertas, dan itu artinya mereka berseberangan dengan emas, apalagi sejak AS memutuskan hubungan dollar dengan emas sejak 1971 an kalo gak salah. AS berusaha mendiskreditkan emas sebisa mungkin, bahkan mereka menyalahkan The Great Depresi dulu karena emas. Bahkan emas direndahkan dengan disamakan dengan ekonomi jaman purba.

Singkatnya sistim moneter yang kita anut (berbasis uang kertas) membenarkan keberadaan uang kertas. Walau emas dimusuhi kayak gitu, tetap saja emas dinilai tinggi dari dulu sampai skarang. Tetap eksis. Emas tetap pegang peranan penting dalam ekonomi dunia, why?

Untuk membaca lebih lanjut, silahkan klik di sini.

Di Balik Kemilau Emas,

Negeri-negeri yang Tercabik dan Pertanyaan yang Mengganggu

The New York Times
Oleh Jane Perlez dan Kirk Johnson - 24 Oktober 2005

Dibalik daya tarik emas selalu ada unsur kegilaan.

Selama beribu-ribu tahun, sesuatu dalam logam kemilau abadi ini telah menggerakkan hasrat manusia – untuk memiliki dan menyimpannya, untuk membunuh atau menaklukkan demi logam tersebut, untuk menguasainya seperti seorang kekasih.
Pada awal tahun 1500-an Raja Ferdinand dari Spanyol menetapkan prioritas kepada para conquistador – penakluk - hambanya yang akan berangkat mencari Dunia Baru, "Bawa pulanglah emas," perintahnya kepada mereka, "kalau bisa, dapatkan semanusiawi mungkin, tapi apapun risikonya, bawalah emas." Dalam sejarahnya yang panjang dan berliku, saat ini emas tiba pada suatu masa baru dengan peluang dan bahaya.

Untuk membaca lebih lanjut, silahkan klik di sini.